Rabu, 19 November 2014

PENENLITIAN TINDAKAN KELAS BAB II KAJIAN TEORI

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 PENGERTIAN
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.

2.2 PEMIKIRAN TENTANG BELAJAR
Dalam Contextual teaching and learning (CTL) diperlukan sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu siswa belajar melalui mengalami bukan menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa. Dengan rasional tersebut pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman.
Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut :

2.2.1 Proses Belajar
  1. Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan di benak mereka.
  2. Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.
  3. Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.
  4. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
  5. Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
  6. Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
  7. Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan sesorang.
2.2.2 Transfer Belajar
  1. Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.
  2. Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit)
  3. Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu
2.2.3 Siswa sebagai Pembelajar
  1. Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru.
  2. Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting.
  3. Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui.
  4. Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.
2.2.4 Pentingnya Lingkungan Belajar
  1. Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.
  2. Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.
  3. Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar.
  4. Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.
2.3 HAKEKAT PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Pembelajarn kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).

2.4 PENGERTIAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
  1. Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
  2. Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota dan masyarakat.


    Dilema KTSP atau K13 ?




    Penyempurnaan kurikulum merupakan suatu hal wajar yang dilakukan pemerintah dalam upaya perbaikan pendidikan. Perjalanan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuju ke kurikulum 2013 bukanlah hal yang begitu saja muncul namun memang sudah direncanakan dalam waktu yang cukup lama. hal yang disayangkan adalah K13 muncul kepermukaan dan diketahui oleh guru-guru, ketika mendekati tahap implementasi. 

    Telah diketahui sebelumnya, kurikulum 2013 diakui memang belum matang dan baik pelaksanannya, dan hal ini akan terus berproses menuju perbaikan yang diinginkan. Tak dipungkiri juga, kurikulum 2013 mempunyai nilai positif yang menyebabkan beberapa pihak begitu getol mendukungnya. Wujudnya yang berupa tematik memang bagus untuk diterapkan, terlebih kurkulum 2013 tidak hanya fokus pada ranah kognitif, tapi kemampuan psikomotorik, dan afektipun dimunculkan, seta begitu kentara.

    Namun meski demikian, tidak sedikit guru yang dibuat kebingungan olehnya. Alasannya implementasi yang sangat mendadak menjadi penghambat bagi para guru. Guru belum mengenali kurikulum 2013 dengan mendalam. Pelatihanpun jarang dilakukan, bahkan hampir tidak pernah. "Harusnya pemerintah getol menggembor-gemborkan kurikulum 2013 pada guru-guru melalui pelatikhan atau kegiatan sejenisnya" begitu tutur bu may salah satu guru di Sekolah dasar. 

    Beberapa saat yang lalu saya melakukan diskusi ringan dengan para guru di SDN Mekawangi. Berdasarkan hasil diskusi dengan beberapa guru yang ada di SDN Mekarwangi, hampir seluruh guru lebih memilih KTSP dibanding kurikulum 2013, meskipun mereka mengakui positifnya dari penerapan 2013. Mengapa demikian?. Guru-guru lebih memilih KTSP dengan alasan lebih simpel dan sudah terbiasa. Sedangkan kurikulum kurikulum 2013 dianggap sebagai kurikulum yang rumit, ditambah lagi dengan adanya penilaian sikap yang itemnya lebih banyak. Hal ini dianggap akan memperbanyak pekerjaan guru. Alasan lainnya adalah belum begitu paham dengan kurikulum 2013.

    Pandangan guru lain yang lebih memilih kurikulum 2013 adalah, dengan penerapan kurikulum baru itu, maka dapat menjadikan guru lebih kreatif karena memang dituntut demikian. Pembelajaran yang ada juga dianggap lebih nyata dan menyatu dengan kehidupan sehari-hari. Karakter sebagai tujuan utama dari penerapan kurikulum ini dipandang sangat berguna untuk mencetak generasi unggul yang penuh dengan nilai-nilai kebaikan. 

    PROPOSALPENELITIAN TINDAKAN KELAS BAB I PENDAHULUAN

    PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

    PENINGKATAN HASIL BELAJAR  PROSES DAUR AIR MELALUI MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING BAGI SISWA KELAS V SDN MEKARWANGI SEMESTER GANJIL TAHUN 2014/2015
     
    BAB I
    PENDAHULUAN
     1.1 LATAR BELAKANG
    Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran wajib bagi siswa di SD kelas V. Namun siswa merasa berat dengan pelajaran IPA. Metode mengajar guru yang monoton, tidak tersedianya alat peraga, dan rendahnya minat siswa untuk belajar semakin memperburuk hasil belajar siswa.
    Belajar tidak hanya mengutamakan sisi Kognitif, tapi juga harus melibatkan sisi psikomotorik, dan apektif. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi efektif atau tidaknya suatu pembelajaran. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang bisa memengaruhi hasil belajar sisiwa adalah psikologi. Psikologi akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal. Sebaliknya,,tanpa kehadiran faktor-faktor psikologi, bisa jadi memperlambat proses belajar, bahkan dapat pula menambah kesulitan dalam mengajar.
    Faktor eksternal yang memengaruhi hasil belajar siswa adalah guru. Kreatifitas guru sebagai fasilitator berperan penting dalam menentukan ketercapaian tujuan pembelajaran. Guru yang tidak kreatif, mengajar hanya dengan metode ceramah kurang diminati lagi oleh siswa, sehingga berdampak pada, lalainya siswa ketika mengikuti pembelajaran.
    Untuk mengatasi masalah pembelajaran IPA yang dirasa berat oleh siswa, maka sebaiknya guru kreatif memunculkan pembelajaran yang menyenangkan dan memacu keingintahuan siswa.
    Menurut hasil observasi awal di SDN Mekarwangi, dari jumlah 25 siswa, 10 diantaranya masih belum tuntas dalam pembelajaran IPA “Proses Daur Air”, 15 siswa dengan hasil yang belum memuaskan. Dengan keadaan ini, maka perlu dipikirkan cara dan strategi untuk mengatasi permasalahan tersebut.
    Cara yang bisa ditempuh untuk meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu dengan penggunaan alat peraga langsung. Mengaitkan pelajaran dengan kehidupan nyata, sebuah peristiwa, pikiran, atau perasaan yang di dapatkan dari kehidupan di rumah, maupun dimasyarakat. Setelah melihat kondisi tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tindakan kelas yang berjudul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR PROSES DAUR AIR MELALUI MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING BAGI SISWA KELAS V SDN MEKARWANGI SEMESTER GANJIL TAHUN 2014/2015 “.
    1.2 IDENTIFIKSI MASALAH
    Ketidak tertarikan siswa terhadap pelajaran IPA tentang “Proses Daur Air”, karena pembelajaran yang monoton.   Hal ini terlihat pada hasil tes formatif siswa yang sebagian besar belum mencapai target ketulantasan dari 25 siswa hanya 10 siswa yang mencapai target ketuntasan belajar, sedangkan 15 siswa belum mencapai hasil yang memuaskan.
    Selama pelajaran berlangsung siswa terkesan tidak mendengarkan apa yang di jelaskan oleh guru, bahkan diantaranya ada yang bermain-main sendiri, diskusi diluar konteks pembelajaran bersama dengan teman sebangku, memperhatikan suasana lain diluar kelas, melamun ataupun mengantuk. Pada saat guru melontarkan pertanyaan, siswa tidak merespon dengan jawaban yang diharapkan guru.
    Kejadian tersebut tidak lain disebabkan oleh beberapa hal berikut :
    1. Penyampaian materi didominasi oleh guru yang menggunakan metode ceramah.
    2. Pembelajaran tidak menggunakan alat peraga yang menarik dan professional.
    3. Siswa tidak dilibatkan dan tidak diberi kesempatan untuk berlatih mencoba menemukan sendiri.
    4. Kurang adanya penekanan pada ketrampilan proses ( langkah-langkah proses daur air ).
     1.3 RUMUSAN MASALAH
    Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “ Bagaimana hasil belajar siswa kelas V SDN Mekarwangi pada pembelajaran IPA tentang Proses Daur Air dengan menggunakan model contextual teaching and learning ?”

    1.4 TUJUAN PENELITIAN
    Tujuan umum dari penelitian ini adalah dikembangkan dari latar belakang masalah yakni untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam konsep daur air melalui model pembelajaran kontekstual di kelas V SDN Samudralaksana.
    Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah mendeskripsikan:
    1.Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran contextual teaching and learning pada pelajaran IPA, konsep daur air di kelas V SDN Mekarwangi.
    2.Mengetahui aktivitas belajar peserta didik ketika pembelajaran berlangsung denganmenggunakan model pembelajaran contextual teaching and learning pada pelajaran IPA konsep daur air di kelas V SDN Samudralaksana.
    3.Mengetahuihasil belajar peserta didik setelah pembelajaran menggunakan model pembelajaran contextual teaching and learning konsep daur air di kelas V SDN Samudralaksana.

    1.5 MANFAAT PENELITIAN
    Manfaat penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peserta didik, bagi guru, bagi peneliti, dan bagi lembaga (sekolah).
    1. Bagi Peserta Didik
    a. Agar berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran khususnya pada konsep daur air.
    b. Diharapkan akan tertarik dan berani dalam melakukan kegiatan sehari-hari dengan   dorongan teman-temannya.
    c. Akan memiliki minat belajar yang besar karena proses pembelajaran tidak jenuh.
    1. Bagi Guru
    a. Dapat menambah wawasan yang lebih luas terhadap cara pelaksanaan pembelajaran sehingga akan lebih bergairah untuk meningkatkan kemampuan peserta didikkhususnya pada konsep daur air
    b.Dapat meningkatkan motivasi dalam upaya mengembangkan profesinya.
    c.Memberikan daya tarik bagi peserta didiknya sehingga guru meningkatkan kreasi dalam proses pembelajaran.
    3. Bagi Peneliti
    a. Dapat mengetahui aktivitas peserta didik pada saat pembelajaran berlangsung.
    b. Dapat mengetahui kekurangan pada saat pembelajaran baik dari peneliti maupun dari peserta didik
    c. Dapat menambah wawasan mengenai pelaksanaan pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi peserta didik
           4. Bagi Lembaga (Sekolah)
    a. Akan mengangkat prestasi unit kerja karena pelaksaanaan pembelajaran memiliki makna bagi peserta didik
    b. Dapat dijadikan sebagai lembaga obsevasi dalam meningkatkan mutu pendidikan secara umum.

    Sabtu, 15 November 2014

    Setiap impian adalah hal yang harus kita perjuangkan, maka jangan berhentilah untuk tetap berikhtiar

    Kamis, 13 November 2014

    Training For Teacher di SDN Mekarwangi

    Training For Teacher merupakan salah satu bagian dari tugas mahasiswa SGI angkatan 7. Kegiatan ini diperuntukan bagi guru-guru di sekolah tempat magang mahasiswa SGI. Karena ini adalah bagian dari tugas, maka setiap mahasiswa SGI harus melakukannya, begitupun dengan saya dan kedua rekan saya @Risty dan @Ulfa. ;)
    menyampaikan materi Quantum teaching
    menyampaikan materi Quantum teaching
    Kegiatan TFT kami lakukan di khir magang. Tempat kami magang adalah SDN Mekarwangi. Selama dua bulan kami belajar banyak di sekolah ini, belajar bagimana mendidik yang benar. Tidak terasa memang. Kini saatnya kami membagi ilmu yang kami miliki meski hanya sedikit.
    Materi yang saya sampaikan berkaitan dengan pembelajaran yang menyenangkan. Quantum teaching, sebuah pembelajaran yang sudah familyar. Pembelajaran yang menyenagkan mestinya di dapat oleh setiap siswa. Sehingga melalui pelatihan semacam ini, diharapkan bisa memotivasi para guru untuk mulai mengubah gaya mengajar yang :"kabaheulaan", menjadi gaya belajar yang kekinian. 
    Guru sudah tidak seharusnya mengajar hanya menggunakan cara ceramah, masih banyak cara yang lebih baik yang bisa memikat keinginan siswa untuk belajar. Nah melalui metode Quantum teaching adalah salah satu gaya mengajar yang bisa diterapkan oleh guru di dalam kelas.
    DSC05418Lihat saja para peserta pelatihan TFT ini. Guru-guru ini begitu antusias mengawali TFT dengan melakukan senam The Gummy bare. Tanpa malu, meski peserta sedikit (baca: 8 orang), tapi rasa senang tampak ketika bapak dan ibu guru ini melakukan gerakan-gerakan senam ala anak-anak dibarengi senyuman-senyuman kecil.
    Seperti halnya di atas metode mengajar menggunakan quantum teaching akan sangat menyenangkan bagi sisiwa jika di terapkan di dalam kelas. Siswa menjadi tertarik untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya, karen otek reptil mereka mulai terbuka akibat adanya rasa senang yang timbul ketika afersepsi. peserta dengan tenang mendengarkan pemaparan tentang metode quantum teaching, dari mulai asas, prinsip, smpai langkah kerjanya. Pelatihan semacam ini bukan pertama kalinya untuk peserta (guru SDN Mekarwangi), sehingga beberapa guru sudah tidak asing lagi, dan mudah diajak berdiskusi.
    Beberapa kali saya mengaitkan metode quantum teaching dengan menggubah beberapa materi ajar bagi siswa SD ke dalam bentuk nyanyiana. Hasilnya peserta selalu ingin mengulanginya.
    DSC05438Untuk menggali kreatifitas para peserta, maka di tengah berjalannya TFT, saya memberikat tantangan bagi peserta. Peserta di bagi kedalam dua kelompok, dan dminta membuat sebuah liryk lagu dengan isi materi ajar bagi siswa SD. Setelah selesai dibuat guru menuangkannya kedalam benuk RPP dan di sampaikan di depan kelas. Ini adalah potet salah satu peserta, namanya Pak Romli, guru kelas V SD. Beliau menjadi guru model dari kelompoknya untuk mempresentasikan hasil karyanya. 
    Gayanya yang khas, membuat peserta lain tertawa kecil. Dan metode Quantum taching dapat disampaikan dengan baik dari mulai Tanamkan, alami, namai, demonstrasi, ulangi, sampai yang terkhir yaitu rayakan. Ketika beliau mepraktekan metode  pengajaran Quantum teaching, beliau menyelipkan sebuah lagi tentang Perubahan wujud zat dengan menggunakan nada lagu topi saya bndar. Dan hal ini sangat mudah untuk di ingat oleh peserta lainnya.
    Waktu tidak terasa sudah menunjukan jam 12.00 WIB, saatnya untuk saya mengakhii TFT. TFT di akhiri dengan mengulangi materi, dan perayaan. Perayaan yang kami lakukan dengan senam yang sudah dilakukan di awal. Alasannya karena peserta ketagihan melakukan gerakan-gerakannya yang lucu, alias aneh ;)
    DSC05456
    See you next time bapak dan ibu guru... I hope we can meet again ;)
    thank for today

    Do'a

    Sebuah karya puisi dari Chairil Anwar, digubah kedalam bentuk audio visual yang tak kalah menyentuh hati.



    Jumat, 07 November 2014

    Tematik kelas V (Bermain Bola)


    Pembelajaran dimulai dengan menyanyikan sebuah lagu karya sisiwa. "Bermain Bola", lagu ini menambah antusiasme siswa untuk mengikuti pembelajaran. Siswa dengan kreatifitasnya menggubah lagu ini di lengkapi dengan hrmonisasi gerakan tari.